~Resapan Cinta Yang Hakiki~
Cinta. Setiap insan pernah
merasakan-nya. Di dunia ini, setiap detiknya mustahil jika tidak ada orang yang
sedang “mencinta”. BOHONG, jika ada orang yang bilang bahwa aku sedang tidak
jatuh cinta. Cinta selalu ada di hati makhluk-makhluknya setiap saat, setiap
detik, dan setiap hembus nafas. Cinta akan selalu menghantuimu di mana pun dan
kapan pun engkau berada. Bukan hanya cinta pada lawan jenis tetapi juga cinta
pada keluarga, cinta pada sahabat, cinta tanah air, cinta pada Rasulullah dan
cinta kepada cinta pemilik cinta sejati, Allah SWT.
Allah
Ta'ala Dialah satu-satunya Zat yang pantas untuk dicintai dari semua
pertimbangan dan sudut pandang, karena semua sebab yang menjadikan seorang
manusia mencintaisesuatu/orang lain maka semua itu secara sempurna ada pada
Allah Ta'ala.
Di antara kandungan makna nama Allah Ta'ala al-Waduud (Maha
Mencintai dan dicintai hamba-hamba-Nya yang shaleh) adalah bahwa Dialah yang
memberi taufik kepada hamba-hamba-Nya yang
beriman kepada sebab-sebab yang memudahkan mereka untuk mencintai-Nya, bahkan menjadikan-Nya lebih mereka cintai dari segala sesuatu yang ada di dunia ini.
beriman kepada sebab-sebab yang memudahkan mereka untuk mencintai-Nya, bahkan menjadikan-Nya lebih mereka cintai dari segala sesuatu yang ada di dunia ini.
Syaikh 'Abdur Rahman as-Sa'di berkata: “Karunia/kebaikan
semua kembali kepada Allah, karena Dialah yang memudahkan segala sebab untuk
menjadikan hamba-hamba-Nya cinta kepada-Nya
Dialah yang mengajak dan menarik hati mereka untuk
mencintai-Nya. Dialah yang mengajak hamba-hamba-Nya untuk mencintai-Nya dengan
menyebutkan (dalam al-Qur'an) sifat-sifat-Nya yang maha luas, agung dan indah,
yang ini semua akan menarik hati-hati yang suci dan jiwa-jiwa yang lurus.
Karena sesungguhnya hati dan jiwa yang bersih secara fitrah akan mencintai
(sifat-sifat) kesempurnaan”.
Secara umum, faktor dan sebab utama yang menjadikan manusia
mencintai sesuatu/orang lain kembali kepada dua hal, yaitu:
mencintai sesuatu/orang lain kembali kepada dua hal, yaitu:
· Keindahan
dan kesempurnaan yang ada sesuatu/orang itu
· Kebaikan
dan kasih sayang yang bersumber dari sesuatu/orang itu
Telah kami nukil di atas penjelasan Syaikh 'Abdur Rahman
as-Sa'di bahwa “sesungguhnya hati dan jiwa yang bersih secara fitrah akan
mencintai ke-sempurnaan” dan “sesungguhnya hati manusia secara fitrah akan
mencintai pihak yang (selalu) berbuat baik kepadanya”
Imam Ibnul Qayyim berkata: “Rasa cinta ditinjau dari faktor
yang mem-bangkitkannya terbagi menjadi dua:
1. Cinta yang
timbul dari faktor kebaikan, menyaksikan banyaknya nikmat dan anugerah (yang
dilimpahkan), karena sesungguhnya hati manusia secara tabiat mencintai pihak
yang (selalu) berbuat kebaikan padanya dan membenci pihak yang (selalu) berlaku
buruk padanya.
2. Cinta yang
timbul dari faktor kesempurnaan dan keindahan. Jika terkumpul faktor kebaikan
dan (banyaknya) limpahan nikmat dengan faktor kesempurnaan dan keindahan, maka
tidak akan berpaling dari mencintai zat yang demikian keadaannya (terkumpul
padanya dua faktor tersebut) kecuali hati yang paling buruk, rendah dan hina
serta paling jauh dari semua kebaikan, karena sesungguhnya Allah menjadikan
fitrah pada hati manusia untuk mencintai pihak yang berbuat kebaikan (padanya)
dan sempurna dalam sifat-sifat dan tingkah lakunya”.
1. Faktor kebaikan,
kasih sayang dan banyaknya limpahan nikmat
Imam Ibnul Qayyim berkata: “Tidak ada satupun yang
kebaikannya lebih besar dibandingkan Allah Ta'ala, karena sungguh kebaikan-Nya
kepada hamba-Nya (tercurah) di setiap waktu dan (tarikan) nafas (hamba tersebut).
Hamba itu selalu mendapatkan limpahan kebaikan-Nya dalam semua keadaannya,
sehingga tidak ada cara (tidak mungkin) baginya untuk menghitung (secara
persis) jenis-jenis kebaikan Allah Ta'alatersebut, apalagi macam-macam dan
satuan-satuannya”
Allah Ta'ala berfirman:
“Dan apa saja nikmat yang ada pada kamu, maka dari Allah-lah
(datangnya), dan bila kamu ditimpa bencana, maka hanya kepada-Nya-lah kamu
meminta pertolongan” (QS an-Nahl: 53).
Artinya, hanya kepada-Nyalah kamu berdoa dan menundukkan
diri memohon pertolongan, karena kamu mengetahui bahwa tidak ada yang mampu
menghilangkan bahaya dan bencana kecuali Dia Ta'ala semata-mata. Maka Zat yang
maha tunggal dalam memberikan apa yang kamu minta dan mencegah apa yang kamu
tidak sukai, Dialah satu-satunya yang pantas untuk dicintai dan diibadahi tanpa
disekutukan.
Kebaikan, nikmat dan kasih sayang yang Allah Ta'ala
limpahkan kepada manusia, terlebih lagi kepada hamba-hamba-Nya yang beriman
sungguh tiada terhitung dan tiada terkira,
melebihi semua kebaikan yang diberikan oleh siapapun di
kalangan makhluk.
Termasuk kebaikan dan kasih sayang yang paling sempurna
menurut pandangan manusia adalah kebaikan dan kasih sayang orang tuanya
kepadanya, terutama ibunya. Akan tetapi, betapapun besarnya kebaikan dan kasih
sayang tersebut, tetap saja hanya pada batasan yang mampu dilakukan manusia.
Karena tentu orang tuanya tidak mampu memberikan rezki, mencegah penyakit atau
bencana dari diri anaknya. Belum lagi kebaikan berupa taufik untuk menempuh
jalan Islam yang lurus.
Oleh karena itu, wajar jika Rasulullah Shallallahu'alaihi
Wasallam bersabda: “Sungguh Allah lebih penyayang kepada hamba-hamba-Nya
daripada seorang ibu kepada anaknya”
Imam Ibnul Qayyim berkata: “Seandainya tidak ada kebaikan
dan limpahan nikmat (dari) Allah yang (seharusnya) menjadi sebab
hamba-hamba-Nya mencintai-Nya kecuali (dengan) Dia menciptakan langit-langit
dan bumi, serta (semua) yang ada di dunia dan akhirat, (semua) untuk mereka,
kemudian Dia memuliakan mereka (dengan) mengutus kepada mereka para Rasul-Nya,
menurunkan kitab-kitab-Nya, mensyariatkan agama-Nya dan mengizinkan bagi mereka
untuk bermunajat (berkomunikasi) dengan-Nya di setiap waktu yang mereka
inginkan.
2. Faktor
kesempurnaan dan keindahan
Semua manusia yang berakal sehat tentu mencintai keindahan
dan kesempurnaan. Semakin indah dan sempurna sesuatu dalam penilaian manusia
maka sesuatu itu tentu semaikn dicintainya. Misalnya saja: pemandangan yang
indah, kendaraan mewah atau barang elektronik yang canggih. Semakin indah dan
sempurna benda-benda tersebut maka akan semakin disukai manusia dan
berlomba-lomba dicarinya.
Kalau keindahan dan kesempurnaan yang ada pada makhluk saja
bisa menjadikan manusia yang mengenalnya mencintainya, padahal bagaimanapun
tingginya keindahan dan kesempurnaan yang ada pada makhluk, tetap saja semua
itu terbatas, maka bagaimana pula dengan keindahan yang maha sempurna dan
kesempurnaan yang tidak terbatas yang ada pada Allah Ta'ala? Dialah yang maha
indah dan sempurna pada Zat-Nya, nama-nama-Nya, sifat-sifat-Nya dan
perbuatan-perbuatan-Nya. Maka tentu seorang hamba yang mengenal kemahaindahan
dan kemahasempurnaan ini akan mencintai-Nya bahkan menjadikan-Nya paling
dicintai-Nya lebih dari segala sesuatu yang ada di dunia ini.
Imam Ibnul Qayyim berkata: “Kecintaan itu memiliki dua
(sebab) yang membangkitkannya, (yaitu) keindahan dan pengagungan, dan Allah
Ta'ala memiliki kesempurnaan yang mutlak pada semua itu, karena Dia Maha Indah
dan mencintai keindahan, bahkan semua keindahan adalah milik-Nya, dan semua
pengagungan (bersumber) dari-Nya, sehingga tidak ada sesuatupun yang berhak
untuk dicintai dari semua segi karena zatnya kecuali Allah Ta'ala”
Sebagai kesimpulan tentang dua sebab besar yang merupakan
motivator cinta kepada Allah Ta'ala, adalah sebagaimana ucapan Imam Ibnul
Qayyim: “Jika terkumpul faktor kebaikan dan (banyaknya) limpahan nikmat dengan
faktor kesempurnaan dan keindahan, maka tidak akan berpaling dari mencintai zat
yang demikian keadaannya (terkumpul padanya dua faktor tersebut) kecuali hati
yang paling buruk, rendah dan hina serta paling jauh dari semua kebaikan,
karena sesungguhnya Allah menjadikan fitrah pada hati manusia untuk mencintai
pihak yang berbuat kebaikan (padanya) dan sempurna dalam sifat-sifat dan
tingkah lakunya”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar